Piermario Morosini
"Mario Morosini sangat menyukai bermain selagi hujan, karena menurutnya saat itu bola harus mendapat perlakuan lebih spesial. Dia meninggal ketika bermain di tengah hujan," tulis kekasih almarhum gelandang Livorno, Piermario Morosini, Anna, seperti dilansir Football Italia, pertengahan pekan ini.
"Saya yakin dia bahagia. Olahraga dan bola memberikan arti bagi hidupnya. Hari ini matahari dan kehangatan angin membelai wajah saya dan semua wajah dari teman-teman dan keluarga tersayangnya," tulis Anna.
Rabu (18/4), Morosini mendapat penghormatan terakhir dari para pendukung Livorno di Stadion Atleti d'Italia. Ia pun mendapat penghormatan dari para suporter Atalanta di tempat kelahirannya, Bergamo. Setelah itu, jenazah mantan penggawa timnas Italia itu disemayamkan di kota kelahirannya. "Kami mengucapkan terima kasih kepada semua orang karena menjadi dekat dengan kami," tutup Anna dalam suratnya.
Jasad Morosini ditempatkan di dalam sebuah peti dan dibawa oleh sebuah mobil berwarna perak mengelilingi stadion. Para suporter pun tak henti-hentinya menyanyikan chant untuk pemain yang meninggal dunia dalam usia 25 tahun itu. "Kau akan selalu ada di hati kami," atau, "Kau tetaplah bagian dari kami." Demikianlah para pendukung Livorno itu memberikan salam terakhir kepada Morosini. Pemain pinjaman dari Udinese ini meninggal akhir pekan lalu setelah mengalami kolaps dalam laga di Seri B Liga Italia melawan Pescara.
Morosini harus kehilangan ibunya pada 2001 ketika umurnya 15 tahun, lalu ia menjadi yatim-piatu setelah sang ayah meninggal dua tahun setelahnya. Tak lama adiknya harus meninggal karena insiden kecelakaan. Setelahnya Morosini hidup bertiga dengan kakak laki-laki dan perempuan, yang menderita cacat. "Dia sangat baik, selalu membantu keluarganya. Dialah Piermario Morosini," tutur eks pelatihnya di akademi Atalanta, Mino Favini.(sumber)
